Palu – Posko  #Sultengbergerak pada 17 November 2018 mengadakan diskusi publik di Kantor Yayasan Tanah Merdeka di Jalan tanjung manimbaya Kota Palu, terkait dengan revisi tata ruang yang saat ini dalam proses  oleh Pemerintah Daerah khsususnya Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Sulawesi Tengah.

Diskusi publik tersebut juga dihadiri oleh Direktur SKALA yang pada 2017  pernah melakukan ekspedisi Palu – Koro yang diketahui memanjang mulai dari teluk bone sampai dengan teluk palu dengan panjang kurang lebih 500 Km.

Dalam penelitian ekspedisi Palu-Koro kami menemukan cerita penamaaan kampung dari kejadian alam misalnya di sekitar Kulawi  mereka memiliki cerita sejarah gempa dan penanganannya, begitupun juga di Desa Saluki mereka juga bercerita bahwa pernah terjadi gempa yang berkekuatan 7 Magnetudo, yang membuat gunung terbelah. Kata Trinirmalaningrum Direktur SKALA sekaligus Ketua Tim Ekspedisi Palu-Koro.

Dia juga menambahkan, bahwa ternyata rekaman terjadinya fenomena likuifaksi sudah pernah terjadi di danau tambing yang berada di Taman Nasional Lore Lindu pada tahun 2012 silam.

Selain itu terkait dengan proses peringatan dini terjadinya tsunami, masyarakat suku kaili memiliki cerita bahwa jika terjadi gempa di ikuti gelombang laut maka warga yang  melihat akan memukul gendang sekuat mungkin sebagai alaram akan terjadinya tsunami.

Berkaitan dengan hal itu, Reza Permadi dari Ikatan Ahli Geologi Indonesia menyatakan  setelah gempa (28/10/18) terjadi pergeseran tanah 5,5 meter dari segmen Saluki dan Segmen Palu patahan sesar Palu – Koro.

Rekomendasi penelitian tersebut sudah pernah disampaikan kepada Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah, yang pada waktu itu dihadiri oleh Gubernur, ESDM, PU  dan Dinas Pariwisata, namun rekomendasi tersebut sepertinya tidak dijalankan. ungkapnya.

MDT & RTRW

Komentar Anda...