Palu – Kompas Peduli Hutan (KOMIU) menilai rendahnya pendapatan ekonomi masyarakat disekitar dan dalam kawasan hutan, membuat masyarakat melakukan perburuan terhadap binatang endemik sulawesi, yang beberapa diantaranya merupakan jenis burung endemik. kata Gifvents, S.H. Kordinator Divisi Pengamat Burung KOMIU.
Dari wawancara yang kami lakukan di Desa Amal Kecamatan Sindue Kabupaten Donggala, hampir sebagian besar masyarakat bermata pencaharian sebagai petani baik itu sawah maupun ladang. Faktor harga murah dari penjualan setiap jenis komoditas petani oleh pengepul dan tengkulak, membuat mereka memilih melakukan perburuan terhadap satwa endemik.
Salah satu tokoh masyarakat di desa tersebut menyebutkan, karena harga jagung murah, maka petani lebih memilih mengganti ikan dengan berburu burung untuk di konsumsi bahkan beberapa jenis diperjual belikan seperti Gagak Sulawesi yang harganya mencapai Rp.350.000/Ekor.
Selain itu terdapat jenis burung serindit sulawesi, yang biasa di jual Rp. 25.000/ekor, Jika terus dibiarkan, hal ini dinilai dapat memicu berkurangnya persebaran jumlah burung endemik Sulawesi di kawasan hutan yang ada di leher Sulawesi.
Dia berharap pemerintah dan para pihak terkait untuk memberikan program peningkatan kapasitas dan ekonomi bagi masyarakat di dalam kawasan dan sekitar hutan, agar mereka dapat membantu mengurangi perburuan burung dan binatang endemik lainnya. Ungkapnya.