Palu – Yayasan Kompas Peduli Hutan (KOMIU) pikat investasi perikanan melalui perencanaan alur distribusi data hasil tangkapan gurita oleh nelayan di Desa Bungin, Pulau Bakalan, Kecamatan Tinangkung, Kabupaten Banggai Kepulauan. Kata Yulia Astuti koordinator program Yayasan KOMIU kerjasama burung indonesia dan Critical Ecosystem Partnership Fund (CEPF).

Ferdy Salamat, ST,M.S,I, Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Banggai Kepulauan menyebutkan hal ini akan menjadi sangat relevan karena  luas wilayah Banggai Kepulauan mencapai 9.160.11 Km, yang terbagi atas daratan seluas 2.488, 79 Km,  dan laut seluas 6.671,32 Km, dengan panjang garis pantai 1.714, 22 Km, itu artinya kita memiliki luas laut yang bisa dijadikan sumber pendapatan bersama dan bisa juga menopang Pendapatan Asli Daerah (PAD).  Jelasnya.

Workshop alur distribusi hasil tangkapan gurita di caffe mahameru kota salakan Banggai Kepulauan

Yulia Astuti memaparkan skema yang digunakan untuk memetakan peluang investasi perikanan di Banggai kepulauan beberapa komponen utama antara lain: Pertama, Aspek legalitas seperti akta notaris pembentukan kelompok nelayan, npwp, nomor rekening kelompok dan perizinan yang lainnya. Kedua. Aspek tehnis, seperti; aksesibilitas bandara, pelabuhan, pasokan listrik dan pasokan es. Ketiga. Aspek bisnis meliputi; detail produk perikanan, kapasitas bahan baku, target pasar, kompetitor, model kerjasama. Kelima. Dukungan pemerintah daerah dalam hal kemudahan perizinan dan insentif. Keenam. Dampak sosial, ekonomi dan lingkungan.

Hasil pemetaan ini akan menjadi informasi awal yang akan didistribusikan melalui platform media sosial yang ada di Banggai Kepulauan, Kota Palu hingga pemerintah pusat.  Papar Yulia.

Yulia Astuti juga sangat optimis akan hal tersebut karena, pada periode november 2021  hingga  november 2022 yayasan kompas peduli hutan (KOMIU) telah melakukan penerapan buka tutup wilayah tangkap gurita seluas 48,2 hektar di Desa Bungin yang berdampak pada meningkatnya hasil tangkapan gurita yang sebelumnya hanya 900 kg pada bulan juni menjadi 1.800 kg pada bulan oktober 2022 setelah 5 bulan penutupan wilayah tangkap gurita.

Dokumentasi drone under water yayasan KOMIU :  Acropora prostrata

Dampak lainnya yaitu terjaganya kelestarian 31,62 hektar terumbu karang diwilayah tersebut, selain itu, terdapat kelompok  usaha olahan hasil perikanan  yang telah dibentuk yang beranggotakan 15 orang perempuan nelayan di desa bungin. Ungkap  Yulia Astuti. S.Si

KonservasiPesisir & Laut

Komentar Anda...