Palu – Yayasan Kompas Peduli Hutan (KOMIU). Pertemuan Daerah Lingkungan Hidup (PDLH) yang diselenggarakan setiap 5 tahun menjadi momentum gerakan penyelematan lingkungan hidup di Sulawesi Tengah (18/11/2025).

“Bukan sekedar seremonial. Pertemuan ini adalah respon terhadap menurunnya kualitas lingkungan yang dipengaruhi oleh hadirnya industri ekstraktif berbasis sumber daya alam  di Sulawesi Tengah” Kata Gifvents Direktur Yayasan Kompas Peduli Hutan (KOMIU).

Pertemuan pada 27-28 November di Kota Ampana, Kabupaten Tojo Una-Una akan dihadiri oleh seluruh insan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Sulawesi Tengah, yang terdiri dari 18 Lembaga dan 14 individu, yang tersebar di seluruh Kabupaten/Kota di Sulawesi Tengah.

Untuk diketahui, merujuk data mapbiomas Indonesia (https://plataforma.mapbiomas.org/). Saat ini di Sulawesi Tengah, eksisting luasan perkebunan kelapa sawit mencapai 142.496 Ha, melebihi luas eksisting sawah 120.360 Ha.  Sementara eksisting lubang tambang mencapai 13.581 Ha. dengan Deforestasi pada tahun 2024 mencapai 8.356,70 ha.

Kondisi ini turut berkontribusi meningkatnya suhu di permukaan Sulawesi Tengah  sebesar 1,2⁰C (Prof. Moh. Ahlis Djirimu, Ph.D.), yang berdampak pada seluruh sumber penghidupan masyarakat dan memincu meningkatnya potensi bencana hidrometeorologi.

“Pertemuan ini adalah pesan kuat bagi seluruh pemangku kepentingan di Sulawesi Tengah, bahwa kegentingan ekologi yang terjadi saat ini, menjadi tanggung jawab kita semua”. Ungkapnya.

Kehutanan

Komentar Anda...