Palu- Yayasan Kompas Peduli Hutan(KOMIU) bersama kelompok hutan kemasyarakatan (HKM) Topotalua, merencanakan pemulihan habitat pohon kaili (dracontomelon dao), di sepanjang ±13 km daerah sekitar badan sungai pada DAS Labuan yang berada di dusun sesere, Desa Labuan Toposo, Kecamatan Labuan, Kabupaten Donggala, Kata Yulia Astuti S.Si Koordinator Divisi Konservasi yayasan KOMIU (28/05/23).
Kegiatan ini didasari karena pada area penyangga irigasi (bendung) di Desa labuan toposo, terjadi kehilangan tutupan hutan yang dipengaruhi oleh perluasan kebun masyarakat, khususnya pada bagian sekitar badan sungai yang menimbulkan pengurangan debit air yang berdampak pada lahan pertanian dan perkebunan masyarakat, bahkan persoalan ini menimbulkan konflik pembagian air antara Desa Labuan Panimba, Labuan Induk dan Desa Dalaka.
Menurut Yulia, pemilihan pohon kaili (dracontomelon dao) sebagai spesies pohon yang digunakan untuk restorasi ekosistem di Dusun sesere, dikarenakan pohon ini sangat erat kaitannya dengan budaya suku kaili yang mendiami lembah palu, selain menahan abrasi, nama-nama desa dan lokasi terntu dilembah palu diambil dari beberapa bagian pohon ini, selain itu, pohon ini juga banyak dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kepentingan ramuan rumah dan bahkan untuk kegiatan usaha.
Tujuan lainnya adalah menumbuhkan kembali budaya menanam pohon masyarakat yang ada di Dusun sesere, yang dulunya ketika ada kelahiran baru, maka mereka akan menanam pohon sebagai penanda umur anak tersebut, kebiasaan ini hilang ketika masyarakat sudah mengenal sistem administrasi kependudukan.
Merujuk data penilaian IUCN terhadap spesies ini tanggal 1 januari 2019 dan dipublikasikan pada tahun 2021, penilaian tersebut menjelaskan bahwa spesies ini tersebar luas di seluruh wilayah Malesia, sebagian India dan Cina dan juga ke Oseania yang meliputi Papua Nugini, Kepulauan Solomon, dan Fiji. Spesies pohon ini menghasilkan buah yang dapat dimakan. Spesies ini hidup di berbagai habitat hutan dataran rendah dan hutan sekunder. Berdasarkan jangkauannya yang luas dan kemunculannya di berbagai habitat, spesies tersebut dinilai sebagai Least Concern (LC) atau tingkat resiko rendah.
Ancaman utama spesies ini dihabitatnya adalah eksploitasi berlebihan terhadap individu pohon dewasa yang digunakan untuk kebutuhan dekoratif dan perubahan penggunaan lahan di seluruh wilayah spesies.
Spesies pohon ini juga menjadi sumber makanan bagi beberapa jenis burung endemik sulawesi diantaranya, julang sulawesi, kangkareng sulawesi, pergam kepala kelabu, uncal sulawesi, walik sulawesi dan burung asoasi lainnya. paparnya.
Yulia menambahkan, saat ini tahapan perencanaan yang telah dilakukan oleh tim KOMIU diantaranya pertama, melakukan penilaian morfologi pohon kaili (dracontomelon dao). Kedua, melakukan survey lokasi pada sekitar badan sungai yang menjadi habitatnya pohon tersebut. Ketiga. Pengumpulan buah pohon yang dibibitkan secara in situ.
Untuk tahap awal, kami baru membibitkan sekitar 50 pohon kaili (dracontomelon dao) yang nantinya akan di monitoring secara rutin pertumbuhannya. paparnya.